Choices chapter 2



Choice

Ketika Kyuhyun Harus Memilih

Chapter  2




“Noona…mianhe. “ Mati-matian Kyuhyun menjaga suaranya agar tidak bergetar. “Aku salah melihat jadwal… Ternyata besok ada acara penting yang harus aku hadiri.”

“MWOO? Kau tidak mungkin salah lihat!” Cho Ahra mulai terdengar marah dan kecewa. “Kita sudah mengosongkan 2 hari ini sejak lama, Kyuhyun-ah…”


Tangan Kyuhyun kembali menjauhkan sedikit HP itu dari telinganya. Ia kuatir noona-nya mendengar tarikan napasnya. Ia juga kuatir tak sanggup mendengar seruan-seruan kecewa appa dan eomma di belakang Ahra. Kyuhyun mencoba tertawa kecil sebelum menyahuti sang kakak kembali.

“Mianhe, Noona… Namanya juga manusia, bisa saja aku salah. Aku lupa manager hyung melakukan perubahan minggu kemarin.”

Kini terdengar tarikan napas Ahra di sana. “Ya! Kyuhyun-ah! Jangan ulangi lagi lain waktu! Aku sudah kangen sekali padamu… Arraso? Kalau begini, kita baru bisa bertemu beberapa bulan lagi. Itu berarti hampir 1 tahun kita tidak bertemu langsung… Ck! Menyebalkan!”

Kyuhyun hanya sanggup menganggukkan kepalanya. Sebuah perbuatan yang sia-sia karena Ahra noona tidak mungkin melihatnya.

“Kyuhyunnie…kau harus berjanji padaku. Arra?!

“Arraseo, Noona. Mianhe. Sampaikan salamku pada Appa dan Eomma. Aku tak berani bicara sendiri… Pasti appa sudah siap mengomeliku sekarang karena membuat eomma kecewa.”

“Jangan kuatir, aku akan menanganinya,” kata Ahra. Suaranya melembut. “Aku tahu, kau pasti sama kecewanya dengan kami. Jadi jangan kuatir, pabo! Kami selalu ada untukmu.”

Tak sanggup. Kyuhyun tak sanggup berpura-pura lagi. Ia segera memutuskan telepon, menekuk lututnya, menyusupkan kepalanya di antara lututnya dan menangis tertahan. Kalau saja Ahra noona memarahinya, ia akan merasa lebih baik. Tapi kata-kata lembut tadi justru membuat rasa bersalahnya semakin besar. “Mianhe… Jeongmal mianhe….”

Namja yang mengawasi dongsaeng terkecilnya sedari tadi, hanya bisa menahan air matanya. Ia tak tahu pasti apa yang dibicarakan oleh Kyuhyun. Tapi minimal ia bisa menebak bahwa Kyuhyun membatalkan kepulangannya karena mereka semua sakit, meski hal itu membuat Kyuhyun sendiri terluka. Ia hendak beranjak keluar ketika tiba-tiba matanya menjadi gelap dan sekelilingnya terasa berputar. Susah payah ia mencoba kembali ke tempat tidurnya. Ia tak ingin menyusahkan Kyuhyun lebih dari ini.

***

Hyungdeul belum makan dan minum obat. Kesadaran itu membuat Kyuhyun bangkit berdiri. Ia masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil jaket, masker, topi dan kacamata hitam. DIliriknya Sungmin yang terbaring dengan selimut rapat.

“Tunggulah aku sebentar, hyung… Kau harus bertahan, arrachi?”

Tak berapa lama, mobil hitam Kyuhyun melaju di jalan. Ia mencari rumah makan yang kira-kira menjual apa yang ia butuhkan, namun tak ada satu pun yang pas. Akhirnya ia menghentikan mobilnya di sebuah mini market.

Suasana mini market itu sepi, dan lingkungan sekitarnya tampak lenggang. Kyuhyun sudah bersiap keluar lengkap dengan topi, jaket, masker dan kacamata hitamnya ketika bayangannya terpantul di kaca spion. Aku tampak seperti perampok. Cepat dilepasnya  maskernya.

Aish! Ini malah terlalu menarik perhatian! Kyuhyun mengamati penampilannya yang benar-benar seperti artis yang baru turun dari pesawat. Disisirnya rambutnya ke depan dengan bentuk rata, lalu mengenakan kacamata hitamnya. Ini cukup. Tidak terlalu menarik perhatian…

Kyuhyun mengambil sebuah keranjang, lalu mulai mengitari mini market itu. Ia berhenti di rak yang menyediakan bubur instant. Setelah menghitung berapa yang ia butuhkan, Kyuhyun mengisi keranjangnya dengan beberapa bungkus bubur dan ramyon. Ia juga mengambil beberapa kantung obat flu dan vitamin (member SUJU menyukai obat berbentuk cair yang dijual dalam bentuk kantung-kantung siap minum).

“Ajumma gajeongbu tidak masuk hingga lusa, Kyuhyun-ah…” Kata-kata Sungmin terngiang di kepalanya. Namja tampan itu berbalik kembali ke rak bubur dan mengambil makanan instant dua kali lipat yang tadi. Keranjang di tangannya sudah tak muat. Ia pun mengambil sebuah keranjang lagi, kemudian berjalan ke kasir untuk membayar.

Ting!

Pintu mini market berdenting dan terbuka. Tiga orang masuk terburu-buru. Jam 1 malam masih ada yeoja yang berkeliaran? Kyuhyun menggelengkan kepalanya dengan heran.

“Appo! Tanganku rasanya mau patah!” seru yeoja yang berambut panjang.

“Eonni enak hanya di dapur. Mulutku sampai pegal karena tersenyum terus-menerus.”

“Jangan mengeluh! Kita harus bersyukur warung kita hari ini cukup banyak pembeli. Appa di alam sana jadi tidak perlu mengkuatirkan hidup kita lagi.”

“Ne, eomma…” Kedua yeoja itu mengangguk dan berjalan ke arah mesin minuman.

Kyuhyun mencoba menghadapkan wajahnya ke arah lain saat sudah di depan kasir. Di letakkannya kedua keranjang itu di atas meja.

“AIGOO!!! Apa yang kau lakukan, anak muda?!” Tiba-tiba ajumma tadi menarik keranjang Kyuhyun dan melongok isinya. Ia memandang Kyuhyun seakan ia membawa 2 keranjang ddongkoma. “Tubuhmu sudah kurus. Kau tidak perlu berdiet! Aigoo…kenapa banyak sekali makanan instant di sini? Apa eomma-mu tidak marah?!”

Kyuhyun mau tak mau memandang ajumma yang sibuk menggerutu melihat isi keranjangnya. Kedua yeoja tadi mendekat mendengar suara ribut ibunya, dan memandang ke arahnya penuh selidik. Salah satu mulai menunjuknya dengan ekspresi terkejut.

Mati aku!

“Kyuhyun oppa…?”

Kata-kata itu membuat Kyuhyun dan ajumma memucat dengan alasan yang berbeda.

“Oppa?!” Wajah ajumma itu menatap tajam anak bungsunya dan Kyuhyun silih berganti. “Kau…namjachingu uri-….”

“Eomma!” Putrinya yang sulung memutus kalimat ibunya dan berbisik.

“Jadi, kau penyanyi yang fotonya memenuhi kamar putriku?”

Menghadapi situasi seperti ini, Kyuhyun tidak tahu harus menjawab apa. Mana mungkin ia bisa melihat poster siapa yang terpajang di kamar yeoja itu. Tetapi ia tetap mengangguk hormat. “Annyeonghaseyo. Jae ireumen Kyuhyun imnida.”

Kyuhyun bersyukur keberadaan sang ajumma membuat kedua putrinya hanya membekap mulut mereka sendiri, tidak berani membuat keributan. Mata wanita yang seusia eomma-nya itu kembali memandang keranjangnya, kali ini sedikit lebih lama. Kening wanita itu berkerut.

“Sepertinya ada yang sedang sakit. Banyak yang sedang sakit,” gumam wanita itu. Kyuhyun sedikit tersentak saat satu per satu makanan instant dikeluarkan dari keranjangnya. Sang ajumma tidak memperdulikan seruan dari kedua putrinya dan petugas kasir. Kyuhyun sendiri tidak tahu harus berkata apa. Kalau saja yang melakukan itu salah satu hyungnya, ia pasti akan menendang bokongnya dengan keras. Tapi kalau ajumma ini? Kyuhyun hanya bisa mengikuti bungkus2 obat yang kini ditaruh di depan kasir.

“Cepat kau hitung belanjaannya!” Kasir yang tampak mengenal sang ajumma tidak membantah. “Tunggu sebentar, kami  hendak membeli sesuatu. Setelah itu ikutlah ke tempat kami. Aku akan membuatkan bubur untukmu.”

Kyuhyun yang sudah membuka mulutnya kembali menutupnya ketika sang ajumma memandang dengan pandangan – jangan-berani-membantahku. Ia membayar angka yang sebutkan kasir dan menunggu mereka.

Sang ajumma melirik ke arah kedua putrinya dan kasir mini market. “ Jangan membuat keributan! Tak boleh ada yang tahu tentang dia. Aku tak mau kalian jadi sasaran fans yang cemburu. Kita sebaiknya berjalan kaki.”

Suasana sangat hening ketika mereka berempat berjalan menuju warung makan milik sang ajumma yang ternyata tidak jauh dari sana. Ketika mereka masuk dan menutup pintu, barulah kedua yeoja itu berani tersenyum. Mereka berebut duduk di dekat Kyuhyun yang mengambil tempat di salah satu meja makan.

“Appo!!!” Kedua yeoja itu berteriak kesakitan ketika sang ibu memukul kepala mereka dengan lintingan surat kabar.

“Sejak kapan aku mendidik anak tidak sopan seperti kalian? Cepat sediakan minum dan bantu aku di dapur!” Wanita itu menanyakan berapa orang yang sakit dan bagaimana penyakitnya sebelum menghilang ke dapur.

“Silahkan diminum tehnya, oppa,” kata yeoja yang paling muda setengah berbisik.  Ia takut ibunya marah mendengar caranya menyapa Kyuhyun. Wajahnya tersipu melihat idolanya berada begitu dekat dengannya. “Maafkan eomma. Dia memang suka memaksa. Tapi hatinya sangat baik.”

“Ne. Aku bisa melihatnya,” kata Kyuhyun mencoba tersenyum. Kaca mata hitamnya sudah ia lepas sejak tadi.

“Siapa yang sakit? Apakah Donghae oppa juga sakit?” Sang kakak bertanya sambil meletakkan semangkuk nasi dan beberapa lauk. “Masitge deuseyo, Kyuhyun sshi. Makanlah barang sedikit. Eomma tidak suka ditolak. Lagipula membuat bubur perlu waktu lama.”

Jal meokgessseumnida.” Kyuhyun mengambil mangkuk dan sumpit yang disediakan, dan mulai mengambil lauk ketika ia menyadari tak ada sayuran sedikit pun di sana. Kedua yeoja itu saling berpandangan sambil tersenyum.

“Mereka bilang kau tidak suka sayur selain kimchi.” Ajumma ikut duduk di dekat meja. “Jangan sungkan. Makanlah yang banyak. Kebetulan kami ada persediaan untuk besok.”

Sementara Kyuhyun makan, ketiganya kembali sibuk di dapur.

Baru saja Kyuhyun selesai, mereka keluar dengan membawa empat kantong plastik besar. Kyuhyun segera berdiri untuk membantu mereka meletakkan semua itu di meja. “Ajumma… banyak sekali….” Kyuhyun lagi-lagi kehilangan kata-katanya.

“Ada bubur untuk malam ini dan besok pagi. Ada juga beberapa lauk yang bisa kau panaskan besok. Aku juga membawakan kimchi. Dengan obat, makanan yang hangat dan istirahat yang cukup, flu akan segera hilang. Kau tidak usah kuatir.”

Seulas senyum mengembang di wajah wanita itu. Saat ia menatapnya, tahulah Kyuhyun wanita itu bisa merasakan kecemasannya. “Ajumma, ijinkan aku membalas kebaikan kalian. Ada cermin di sini?”

Kyuhyun segera beranjak ke arah yang ditunjuk. Ia membuka jaket hitamnya dengan gerakan yang membuat kedua yeoja itu menahan napas. Bahkan pukulan koran di kepala mereka tidak dirasakan lagi. Keduanya mengamati Kyuhyun yang tengah menata rambut dengan jemarinya. Ketika akhirnya pemuda itu berbalik, sang ajumma tanpa sadar ikut menahan napas.

“Kalian punya kamera?”

“Aku punya!” Sang kakak segera berlari masuk dan keluar dengan kamera di tangan.

Kyuhyun duduk kembali di tempat dia tadi bersantap. “Sekarang kau ambil fotoku dan semua makanan ini. Arraseo?”

“Kenapa aku tidak ikut di foto saja?” Tanya sang adik yang mengidolakan Kyuhyun. “Appo!”

Ajumma yang baru saja memukul putrinya mendengus kesal. “Kau ini bodoh sekali. Kalau kau ikut, bukannya warung kita terkenal, tapi kau akan jadi sasaran kecemburuan.”

“Siap?”

Kyuhyun pun mulai berpose lengkap dengan evil smirk nya yang terkenal. Mereka kemudian mengamati foto yang terambil bersama-sama. Di sana Kyuhyun menampakkan wajah puas dan kenyang akan makanan yang disantapnya tadi.

“Aigoo… Kau benar-benar tampan!”

Kali ini sang ajumma yang mendapat cubitan dari kedua putrinya. Wanita itu tersipu malu. “Kalian ini…aku masih bisa melihat wajah tampan, kalian harus bersyukur, berarti seleraku masih bagus.”

Pukul dua malam.

“Ajumma, aku pamit. Hyungdeul sudah lama menungguku. Sekali lagi, terima kasih banyak atas bantuannya. Jeongmal gomawoyo, ajumma. Maaf merepotkan kalian.”

“Aniyo. Sudah seharusnya kita saling membantu.”

“Apakah Donghae hyung juga sakit?” Sang kakak kembali mengutarakan pertanyaannya yang belum terjawab.

“Jangan menanyakan hal pribadi seperti itu! Kalau pun dia sakit, setelah ini dia akan baik-baik saja.” Ajumma menenangkan putrinya.

“Ne. Benar kata ajumma, setelah ini, semua akan membaik. Jeongmal gomawoyo.”

“Annyonghi kaseyo,” seru ketiga wanita itu serempak.

Saat Kyuhyun berjalan pergi, kedua yeoja itu mulai menangis. Sang eomma merangkul mereka penuh sayang. Mereka pun kembali masuk ke dalam warung yang sekaligus merupakan rumah mereka.

“MWOO?! Eomma, coba lihat apa yang kutemukan!”

Yeoja yang paling muda menyerahkan sepucuk surat dan uang dalam jumlah besar. Sang ajumma membaca surat itu dan menangis terharu. “Kita gunakan uang ini untuk membuat warung kita maju. Setelah itu, kalian boleh membeli album Super Junior untuk mendukung mereka. Arra?”

“Arraseo, Eomma, kami akan bekerja keras membantumu.” Ketiganya berpelukan sambil menangis bahagia.

***

 

“Wookie-ah! Bangun! Cepat makan bubur ini selagi hangat! Aku juga membawakan obat untukmu,” kata Kyuhyun sambil menarik tangan Ryeowook hingga terduduk dengan nyawa yang belum terkumpul.

“Kyuhyun….?” Kini mata Ryeowook mulai bisa menangkap bayangan wajah sang magnae.

“Kau pikir aku Daba? Dasar, pabo! Cepat makan!” Kyuhyun beralih ke tempat tidur Yesung. “Yesung hyung, bangunlah! Kau harus makan dan minum obat.”

Yesung masih tidak bergerak. Kyuhyun mendekatkan mulutnya ke telinga Yesung. “Kalau hyung tidak segera bangun, Ddongkoma akan kujadikan mainannya Daba!”

“ANDWAE!!!” Mendengar ancaman terhadap piaraannnya, Yesung langsung terbangun. Diarahkannya matanya ke kandang ddongkoma. Ia bernapas lega ketika kura-kura itu menatapnya kembali.

Senyum evil Kyu terkembang sempurna melihat seisi kamar itu telah terbangun. “Bagus! Sekarang aku akan membangunkan Eunhyuk.”

Namja itu keluar. Yesung dan Ryeowook berpandangan sambil membatin: ‘Kasihan Eunhyuk’. Ryeowook menyendok mangkuk bubur yang masih sedikit panas dan mencicipinya. “Hyung, bubur ini enak sekali! Siapa yang membuatnya? Apa dia membeli di luar?”

“Bubur…bubur spesial di larut malam…” Yesung memakan buburnya sambil tersenyum misterius, membuat Ryeowook sedikit merinding. Itulah sebabnya member SUJU yang lain mengatakan aura kamar mereka aneh. Kehadiran Yesung seakan mengundang penghuni2 alam lain.

Namun kata-kata Yesung membuat Ryeowook terbangun sepenuhnya. Ia melirik kea rah jam weker. “Kau benar, Hyung…ini larut malam…siapa yang masih menjual bubur?”

“Wookie-ah! Kau akan tahu rasa jika tidak menghabiskan bubur itu!” teriak Kyuhyun dari pintu kamar Eunhyuk. Ryeowook cepat-cepat memakan bubur di mangkuk dan meminum obatnya. Masih didengarnya keributan kecil saat Kyuhyun membangunkan Eunhyuk. “Ya! Eunhyuk-ah! Jangan menangis! Kalau kau menghabiskan buburnya, Choco akan kukembalikan padamu!”

Reflek Ryeowook dan Yesung mencari peliharaan mereka. Hanya ddongkoma dan ddongkoming saja yang ada di sana. Teunshirie, anjing Ryeowook tidak terlihat. Tetapi namja berwajah lembut itu tidak berani bertanya. Ia hanya bisa berdoa agar anjingnya tabah menghadapi cobaan saat berada di tangan evil magnae.

Setelah memastikan Eunhyuk akan menyantap buburnya, Kyuhyun berjalan ke kamarnya sendiri. Ia membawakan Sungmin semangkuk bubur dan sebungkus obat. Sebelum membuka pintu, ia melirik ke arah beberapa kandang yang berjejer di koridor depan. Bagus, ini akan mempermudah rencanaku besok.

Ternyata ia tidak perlu membangunkan hyungnya itu. Sungmin sudah menatapnya dengan kedua bunny eyes nya ketika ia masuk.

“Hyung…makan dulu ya. Setelah itu minum obat,” kata Kyuhyun, kali ini tanpa berteriak. Ia duduk di sisi ranjang Sungmin dan menyerahkan mangkuk bubur itu. “Hati-hati, Hyung, masih sedikit panas. Perlu aku suapi?”

“Ani. Biar aku makan sendiri. Kau istirahatlah. Gomawo, Kyuhyun-ah.” Sungmin duduk bersandarkan punggung tempat tidur dan mulai menyantap buburnya. Mata kelincinya mengamati Kyuhyun yang tengah menggantung jaket dan menaruh topi. Wajah Kyuhyun terlihat sangat lelah.

“Obat ini membuatku mengantuk…” Sungmin merebahkan tubuhnya kembali ke kasur  beberapa saat kemudian dan menarik selimutnya sampai ke leher. Ia kembali melirik ke arah Kyuhyun yang diam sambil bermain PSP. “Kau harus tidur juga, Kyuhyunnie....hoaaaam….”

Sepasang mata hitam Kyuhyun melihat ke arah hyungnya sambil tersenyum manis. Sungmin tertidur pulas. Kalau aku tidur sekarang, aku tidak bisa bangun tepat waktu. Bertahanlah sedikit lagi, Cho Kyuhyun. Fighting!

***

 

Ryeowook tidak menyadari selimut yang menutupi tubuhnya disingkap. Tangannya meraih ke samping dan memeluk gulingnya erat. Tidak seperti tadi, tubuhnya tidak lagi menggigil meski tidak mengenakan selimut. Demamnya telah hilang. Wajahnya membentuk senyum geli ketika sesuatu menyentuh tubuhnya. Sentuhan itu kadang kasar kadang lembut, membuat Ryeowook merasa terganggu dan membuka matanya. Tampak sesosok tubuh tengah berada di atasnya dengan posisi duduk di antara pinggangnya.

“…Mwo?....” Ryeowook mencoba mengumpulkan nyawanya. Kini ia bisa merasakan gerakan tangan orang itu yang tengah melepas kancing piyamanya satu persatu. Perlahan, wajah di atasnya mulai jelas. Kyuhyun tersenyum ke arahnya. Kenapa aku sering melihat Kyuhyun hari ini? Kini piyama sutra Ryeowook sudah tidak terkait sebuah kancing pun. Dengan kasar Kyuhyun menyibaknya, mencoba melepaskan piyama itu dari tubuh Ryeowook.

Tangan Ryeowook segera menarik rapat kembali piyamanya. “Kyuhyun-ah, apa yang kau lakukan?” tanyanya dengan mata terbelalak dan bibir gemetar. Nyawanya sudah terkumpul penuh sekarang.

“Jangan melawan, Wookie-ah! Aku sudah memilih kalian daripada keluargaku!” desis Kyuhyun kesal. “Setidaknya menurutlah sedikit! Tenang saja, aku akan membuatmu merasa nyaman.”

Evil smirk yang terpampang di wajah Kyuhyun membuat Ryeowook beringsut mundur, mati-matian melawan berat Kyuhyun yang nyaris menindihnya. “YA! Wookie-ah! Cepat lepaskan bajumu!” Tangan Kyuhyun bergerak, kali ini benar-benar memaksanya membuka piyama. Sia-sia Ryeowook melawan. Kedua tangannya mencoba menutupi tubuh bagian atasnya yang kini tidak tertutup apapun.

Mata namja itu membelalak ngeri saat Kyuhyun meraih pinggang celana piyamanya dan berusaha melepasnya.

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!” Ryeowook menjerit sekencang mungkin sebagai perlawanan terakhirnya.

 

TBC

 

Oops…ratingnya sedikit naik (^_^)

Apa yang diminta Kyuhyun sebagai balasan ketidakpulangannya?

Terima kasih buat semua yang sudah membaca (^_^)

Seperti yang lalu, saya tunggu reviewnya.

Hal itu sangat membuat saya bersemangat.

Terima kasih untuk yang sudah memberi review di chapter 1.